8 Aug 2025, Fri

Macanbolanews

Ibukota – Pada setiap tanggal 20 Mei, bangsa Indonesia memperingati tanggal yang dimaksud sebagai Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas), sejarah yang dimaksud menandai awal dari kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan dan juga kesatuan bangsa.

Sejarah ini menyimpan kisah perjuangan, perdebatan, juga cita-cita besar yang dimaksud membentuk identitas Indonesia modern.

Kebangkitan bangsa lahir dari aspirasi serta intelektual para anak bangsa, yang ditandai dengan kejadian adanya Sarekat Islam, Boedi Utomo, lalu ikrar Sumpah Pemuda.

Namun, tanggal 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional berkaitan erat dengan pelopor pergerakan nasional yakni organisasi Boedi Utomo.

Peristiwa penting ini bermula pada awal abad ke-20, ketika penduduk dari berbagai tempat mulai menyadari bahwa dia bagian dari satu bangsa yang tersebut sebanding yakni bangsa Indonesia, kemudian bukanlah lagi kelompok suku atau wilayah yang dimaksud terpisah.

Pada masa itu, sistem pemerintahan kolonial Belanda juga sangat parah dan juga menimbulkan rakyat pribumi menderita sebab eksploitasi dunia usaha kemudian kebijakan pemerintah liberal.

Kondisi ini menimbulkan kaum liberal menyindir kolonial, seperti Eduard Douwes Dekker yang menulis novel berjudul "Max Havelaar". Novel yang dimaksud berisi kecaman kebijakan pemerintah kolonial kemudian menuntut agar Belanda tak tutup mata terhadap penderitaan rakyat jajahannya.

Sehingga, lahir kebijakan balas budi pemerintah Belanda terhadap rakyat jajahannya bernama "Politik Etis", yang digunakan berisi tiga inisiatif utama meliputi irigasi, edukasi, lalu transmigrasi.

Kebijakan Politik Etis yang dimaksud diterapkan Belanda yang disebutkan telah terjadi membuka akses sekolah bagi pribumi, tetapi ketimpangan sosial masih tetap memperlihatkan terjadi. Hanya rakyat tertentu yang dimaksud sanggup mendapatkan pendidikan.

Di sedang keterpurukan ini, muncul kaum intelektual pribumi yang menjadi motor penggerak perubahan.

Periode ini diawali dengan berdirinya organisasi Boedi Utomo pada 20 Mei 1908 oleh Dr. Soetomo kemudian para pelajar STOVIA dalam Jakarta, yang digunakan menjadi tonggak awal pergerakan nasional terorganisir dalam tanah air.

Boedi Utomo lahir dari keresahan akan penderitaan publik akibat penjajahan lalu keinginan untuk mencerdaskan bangsa melalui pendidikan.

Dr. Wahidin Sudirohusodo, seseorang dokter juga alumni STOVIA yang mana berasal dari Surakarta, menjadi tokoh penting pada kelahiran Boedi Utomo.

Ia mengemukakan gagasan untuk mendirikan sebuah organisasi yang dimaksud fokus pada peningkatan lembaga pendidikan dan juga kesejahteraan bangsa, melalui dana institusi belajar bagi pelajar pribumi yang mana berprestasi, namun kurang mampu secara ekonomi.

Ide ini kemudian didukung oleh Soetomo lalu rekan-rekannya sesama pelajar STOVIA, yang mana miliki semangat nasionalisme tinggi.

Tujuan utama Boedi Utomo sejak awal adalah mencerdaskan bangsa Indonesia melalui bidang sosial kemudian budaya, tanpa terlibat secara langsung di politik.

Organisasi ini berfokus pada peningkatan pendidikan, kesehatan, serta kebudayaan sebagai sarana membangkitkan kesadaran nasional juga memperbaiki kondisi rakyat pribumi.

Boedi Utomo juga mengusung semboyan "Indie Vooruit" (Hindia Maju), yang mana menandakan aspirasi kemajuan bagi seluruh Hindia Belanda tanpa membatasi wilayah atau golongan tertentu.

Organisasi ini menjadi menjadi inspirasi bagi lahirnya berbagai organisasi pergerakan lain yang mana lebih lanjut politis.

Sejumlah organisasi lain seperti Sarekat Islam, Indische Partij, Sarekat Dagang Islam, Muhammadiyah, lalu Taman Siswa juga turut terinspirasi untuk merancang bangsa.

Kemudian, pada tahun 1948, di dalam sedang situasi krisis Indonesia, Presiden Soekarno menetapkan tanggal 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional, bertepatan pada peringatan tegas 40 tahun berdirinya Boedi Utomo.

Penetapan ini bertujuan sebagai simbol meningkatkan kekuatan semangat persatuan juga nasionalisme di area berada dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan dari ancaman kolonialisme.

Kemudian, sejak 16 Desember 1959, Hari Kebangkitan Nasional atau Harkitnas ditetapkan secara resmi melalui Keputusan Presiden Nomor 316 tahun 1959 tentang Hari-Hari Nasional yang Bukan Hari Libur.

Sejak ketika itu, Harkitnas diperingati 20 Mei setiap tahun sebagai momen mengenang perjuangan juga awal mula semangat kebangkitan nasional.

Makna Hari Kebangkitan Nasional

Hari Kebangkitan Nasional bukanlah cuma mengenang masa lalu, tetapi menjadi pengingat akan pentingnya persatuan, semangat gotong royong, juga nasionalisme di menghadapi tantangan zaman.

Sejak era 1900-an, bangsa Indonesia sudah membuktikan kemampuannya untuk bangkit, bersatu, mengusir penjajah, meraih kemerdekaan, akses pendidikan, kemudian mempertahankan keutuhan negara di dalam berada dalam berbagai krisis.

Semangat kebangkitan nasional ini yang digunakan mesti diwariskan dari generasi ke generasi, menjadi fondasi pada memulai pembangunan demokrasi, menjaga kedaulatan, juga menghadirkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Bahkan, pada kondisi arus globalisasi dan juga tantangan zaman, semangat Hari Kebangkitan Nasional masih relevan sebagai pengingat bahwa kebangkitan bangsa dimulai dari kesadaran lalu persatuan seluruh anak bangsa.

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk Artificial Intelligence di tempat situs web ini tanpa izin tertoreh dari Kantor Berita ANTARA.

By Adm1n